Assalamualaikum wr.wb
Berhubung saya
mendapat tugas untuk membuat artikel tentang penerapan ilmu ergonomi di daerah
masing, saya akan memulai dari rumah saya terlebih dahulu. Dari meja makan yang
ada di rumah saya, sudah menerapkan ilmu ergonomi dimana tinggi yang ada
memenuhi syarat yaitu menggunakan persentil 50%. Untuk ketinggiannya baik,
jadi yang memiliki tinggi maksimum
maupun minimum dapat menggunakannya. Saat menaruh makanan tidak harus menjinjit
atau menunduk. Lebar yang digunakan juga cukup sehingga yang memiliki panjang
tangan minimum tidak mengalami kesulitan ketika harus menaruh makanan pada meja
yang berada di dekat dinding. Panjang meja juga sangat pas untuk menaruh
makanan, jadi makanan yang ditaruh bisa banyak. Ukuran kursi yang ada di
sekitar meja makan juga sudah menerapkan ilmu ergonomi dengan benar, karena
setiap anggota keluarga yang duduk di kursi tersebut mengalami kenyamanan,
sekalipun yang mendudukinya memiliki tinggi badan yang cukup maksimum. Hanya
saja posisi meja makan dan kursi-kursinya kurang tepat, sehingga meja makan ini
tidak fungsional secara keseluruhan pada bagian-bagiannya.
Bangku yang di
letakkan di ruang keluarga ini memiliki ukuran yang sangat ideal karena anggota
keluarga yang memiliki tinggi badan hampir maksimum juga dapat tidur di bangku
tersebut secara telentang. Tinggi yang dimiliki bangku tidur tersebut juga
sangat ideal sehingga semua anggota keluarga dapat merasakan kenyamanan saat
menggunakan bangku tersebut sebagai tempat duduk saja. Kasur yang ada pada
bangku tersebut juga sangat empuk dan nyaman, sehingga anggota keluarga yang
tidur di bangku tersebut tidak akan mengalami nyeri pada tubuhnya ketika bangun
dari tidurnya. Peletakkan bangku tersebut juga sudah pas, menghadap ke
televisi, sehingga pengguna bisa rileks menonton televisi saat sedang
tidur-tiduran di bangku tersebut.
Peletakkan
skalar pada rumah ini memang tidak terlalu tinggi karena skalar biasanya
digunakan untuk mengecas dan menyalakan setrika. Saat mengecas agar lebih aman
memang di letakkan di atas meja yang juga memiliki ketinggian yang rendah.
Menyetrika di rumah ini tanpa menggunakan meja, jadi hanya menggunakan alas
setrika yang di letakkan di lantai, sehingga untuk memudahkan ketika harus
mencolokkan kabel setrika ke saklar maka saklar di letakkan di bawah. Mengingat
bahwa kabel saklar dan kabel charge yang tidak panjang, maka sangat tepat jika
skalar di letakkan di bagian bawah.
Posisi meja
kompor di dapur memiliki ketinggian yang tepat, sehingga anggota keluarga yang
memiliki tinggi badan maksimum tidak harus menunduk saat sedang melakukan
kegiatan memasak. Bisa di lihat bahwa persentil yang digunakan adalah 95%
karena anak kecil tidak dapat menggunakan kompor tersebut, hal ini
menguntungkan karena dapat mengurangi resiko kecelakaan terhadap anak-anak
akibat kompor tersebut. Begitu pula pada meja wastafel yang terletak di
dekat kompor tersebut. Posisi meja
wastafel sengaja dibuat lebih tinggi dari meja kompor, jika meja kompor di buat
sama dengan meja wastafel dapat dipastikan kompor juga akan lebih tinggi
posisinya yang memungkinkan anggota keluarga akan mengalami kelalahan karena
posisi tangan yang harus lebih tinggi dari wastafel. Misal jika kita hendak mencuci
sayuran yang kemudian akan di masukkan kedalam penggorengan, dan kita melakukan
kegiatan tersebut dalam kategori yang hampir sering kelelahan pada pekerja
pasti terjadi karena posisi siku yang harus terus naik turun.
Gambar ini saya
ambil di daerah Supermall Lippo Karawaci Tangerang. Terdapat display dilarang
parkir di tempat ini, peletakkan display sudah bagus dan tepat. Warna yang
digunakan pada tersebut adalah merah. Tujuan dari display ini pastinya
mengurangi kemacetan akibat banyaknya pengendara yang mungkin akan parkir di
pinggir jalan tersebut. Namun, pihak penertiban lalu lintas juga kurang
memperhatikan apakah daerah itu benar-benar tidak ada yang memarkirkan kendaraannya.
Sehingga masih ada yang memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan tersebut.
Setelah diplay
dilarang parkir, terdapat display petunjuk untuk pengguna sepeda. Display
tersebut berwarna biru yang menunjukkan bahwa display tersebut berupa sebuah petunjuk.
Pada display tersebut sudah tepat baik dalam posisinya, maupun cara
penulisannya sehingga untuk memahami display tersebut dari jauh tidak sulit.
Disamping display tersebut terdapat jalur yang berada di kiri jalan yang memang
di khususkan untuk pengguna sepeda, namun kesalahannya adalah cat di jalanan
yang menunjukkan khusus pengendara sepeda menggunakan jalur kiri tersebut sudah
memudar dan hanya menyisakan bekas cat. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengguna
sepeda tidak akan merasakan kenyamanan saat berkendara karena tidak adanya
petunjuk di jalan bahwa itu merupakan hak pengendara sepeda. Memang dibenarkan
adanya petunjuk untuk menggunakan bahu jalan bagi pengendara sepeda, tetapi
tidak ada cat untuk menandakan adanya bahu jalan pada bagian kiri jalan
tersebut.
Kemudian
terdapat display pemberhentian bis beserta dengan haltenya. Display tersebut
menggunakan warna biru yang berarti menunjukkan bahwa adanya tempat
pemberhentian bis kepada pengguna jalan sekitar. Hanya saja halte beserta
display pemberhentian bis tersebut menjadi tidak berarti karena banyaknya orang
yang tidak menggunakannya. Halte yang seharusnya menjadi tempat untuk menunggu
bis, justru malah menjadi tempat pangkalan ojek. Setidaknya ini menunjukkan
masih adanya orang yang tidak paham apa arti dari display tersebut.
sekian analisa mengenai Penerapan Ilmu Ergonomi di daerah Kabupaten Tangerang. wassalamuaikum wr. wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar