Salam sejahteraa bagi kita semuaaaaaaaa ^^)/
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kekuatan dan izin Nya kami dapat membuat blog ini dengan penuh kebahagiaan dan suka cita.
Terimakasih kami ucapkan pula kepada semua pihak yang telah memberi kami semangat untuk menyelesaikan tugas ini khususnya kepada Ibu Rida, Bunda yang senantiasa dengan sabar membimbing kami dalam pelajaran maupun kehidupan. Semoga Bunda selalu diberikan kesehatan Bundaaaaa (^_^). Dan juga untuk keluarga, sahabat dan rekan rekan semaga selalu sukses jaya dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.
Namun penulis juga menyadari masih banyaknya kekurangan dan kehilafan dalam penulisan, sehingga kami mengharapkan kritik yang membangun dari para pembaca agar blog dan materi yang kami sajikan agar senaniasa bermanfaat dan lebih menarik untuk dibaca ataupun diberi sumber rujukan.
Salam sukses dan suka citaaaa ^^)/
princessbadai -dhiana_ina-
Dhiana Pratiwi (1102134355)
Ina Melia (1102131264)
TI 37 06
Senin, 02 Juni 2014
KELONGGARAN DAN PENYESUAIAN
9.1
Penyesuaian
9.1.1 Maksud melakukan penyesuaian
·
Andaikata ada ketidakwajaran, maka
pengukur harus mengetahuinya dan menilai seberapa jauh hal itu terjadi.
Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan.
·
Bila pengukur berpendapat bahwa operator
bekerja di atas normal (terlalu cepat) maka harga p-nya akan lebih besar dari
satu (p > 1); sebaliknya jika operator dipandang bekerja dibawah normal maka
harga p akan lebih kecil dari satu (p<1).
9.1.2 Konsep tentang
bekerja wajar
·
Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar,
seorang pengukur dapat mempelajari cara-cara kerja seorang operator yang
dianggap normal, yaitu : jika seorang operator yang dianggap berpengalaman, bekerja
tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja
yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya.
9.1.3 Beberapa cara
menentukan faktor penyesuaian
·
Cara pertama adalah cara presentase yang
merupakan cara yang paling awal digunakan dalam melakukan penyesuaian.
·
Penyesuaian
dilakukan untuk mengantisipasi ketidakwajaran yang dapat terjadi, misalnya
bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat atau menjumpai kesulitan-kesulitan
karena kondisi ruangan yang sempit atau buruk. Untuk melakukan penyesuaian
keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas seperti
berikut:
·
Sebagai contoh jika waktu siklus
rata-rata sama dengan 124,6 detik dan waktu ini dicapai dengan keterampilan
pekerja yang dinilai fair (E), usaha good (C2), kondisi excellent (B), dan
konsistensi poor (F), maka tambahan terhadap p = 1 adalah :
Keterampilan
: Fair (E1) = -0.05
Usaha
: Good (C2) = +0.02
Kondisi : Excellent (B) = +0.04
Konsistensi : Poor (F) = -0.04
Jumlah : -0.03
Jadi
p = (1-0.03) atau p = 0.97 sehingga waktu normalnya:
Wn
= 124,6 × 0,97 = 120,9 detik
9.2
Kelonggaran
·
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal,
yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue, dan
hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
Tabel Penyesuaian :
Tabel Kelonggaran :
PENGUKURAN WAKTU BAKU DENGAN MENGGUNAKAN JAM HENTI
8.1 Langkah-langkah
sebelum melakukan pengukuran
Untuk mendapatkan hasil
yang baik tidak cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran. Faktor lain
yang harus diperhatikan yaitu, kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran,
dan lain-lain.
8.1.1
Penetapan Tujuan Pengukuran
·
Dalam pengukuran waktu, hal-hal penting
yang harus diketahui dan ditetapkan adalah peruntukkan penggunaan hasil
pengukuran, tingkat ketelitian, dan tingkat keyakinan dari hasil pengukuran
tersebut.
8.1.2
Melakukan Penelitian Pendahuluan
·
Tujuan yang dicapai dari pengukuran
waktu adalah memperoleh waktu yang pantas untuk diberikan kepada pekerja dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.
·
Waktu kerja yang pantas hendaknya
merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik.
8.1.3
Memilih Operator
·
Yang di jadikan pengamatan harus yang
memenuhi syarat (berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama).
·
Orang yang pada saat pengukuran
dilakukan mau bekerja secara wajar tanpa canggung walaupun dirinya sedang
diukur dan pengukur berada didekatnya.
8.1.4
Melatih Operator
·
Kadang-kadang pelatihan masih diperlukan
bagi operator tersebut terutama jika kondisi dan cara kerja yang dipakai
tidaksama dengan yang biasa dijalankan operator.
·
Sebelum diukur, operator harus sudah
terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah di tetapkan (dan telah
dibakukan) itu.
8.1.5
Mengurai Pekerjaan atas Elemen Pekerjaan
·
Pekerjaan di pecah menjadi elemen
pekerjaan, elemen-elemen inilah yang diukur waktunya. Waktu siklus adalah
jumlah dari waktu setiap elemen ini.
·
Waktu siklus adalah waktu penyelesaian
satu satuan produk sejak bahan baku mulai diproses ditempat kerja yang
bersangkutan.
·
Namun, satu siklus tidak harus berarti
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk sehingga menjadi barang
jadi seperti yang sudah dicontohkan sebelumnya.
·
Alasan yang menyebabkan pentingnya
melakukan penguraian pekerjaan atas elemen-elemennya, yaitu :
1. Untuk
menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan.
2. Untuk
memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena keterampilan
bekerjanya operator belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan
kerjanya.
3. Melakukan
pembagian kerja menjadi elemen-elemen pekerjaan adalah untuk memudahkan
mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan
pekerja.
4. Untuk
memungkinkan dikembangkannya data waktu standar untuk tempat kerja yang
bersangkutan.
8.1.6
Menyiapkan Perlengkapan pengukuran
Langkah terakhir
sebelum melakukan pengukuran, yaitu menyiapkan perlengkapan pengukuran. Hal-hal
tersebut adalah :
o
Jam henti
o
Lembaran-lembaran pengamatan
o
Pena atau pensil
o
Papan pengamatan
8.2 Melakukan
pengukuran waktu
·
Hal yang pertama dilakukan adalah
pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan hal ini ialah agar nantinya
mendapatkan perkiraan statistikal dari banyaknya pengukuran yang harus
dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan.
·
Setelah pengukuran pertama dijalankan,
lakukan tahap-tahap kegiatan menguji keseragaman data dan menghitung jumlah
pengukuran yang harus dilakukan.
·
Bila jumlah pengukuran yang dilakukan
belum mencukupi, dilanjutkan dengan pengukuran tambahan.
·
Contoh pengukuran pendahuluan tahap
pertama telah dilakukan menghasilkan 16 data yang diperlihatkan pada tabel berikut
ini.
Pengukuran
ke
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
waktu
|
14
|
10
|
12
|
15
|
17
|
18
|
15
|
16
|
11
|
9
|
14
|
16
|
10
|
18
|
14
|
15
|
Pemrosesan
hasil pengukuran diatas dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini.
Hasil
N’ lebih besar dari N, maka disimpulkan bahwa pengukuran data belum cukup,
masih diperlukan (64,19 - 16) atau 49 kali pengukuran lagi (dibulatkan).
Dengan
demikian harus dilakukan pengukuran tahap kedua.
8.3 Tingkat
ketelitian, tingkat keyakinan, dan pengujian keseragaman data
8.3.1
Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan
·
Tingkat ketelitian menunjukkan
penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya.
Dinyatakan dalam persen
·
Tingkat keyakinan menunjukkan besarnya
keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi.
Dinyatakan dalam persen.
8.3.2 Pengujian
keseragaman data
·
Data dikatakan seragam, apabila subgrup
berada di dalam batas kontrol harga BKA dan BKB.
8.4 Melakukan
perhitungan waktu baku
·
Jika pengukuran-pengukuran telah selesai,
yaitu semua data yang didapat memiliki keseragaman yang di kehendaki, dan
jumlahnya telah memenuhi tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan
yangdiinginkan, maka selesailah kegiatan pengukuran waktu.
·
Langkah selanjutnya adalah mengukur waktu
baku. Cara untuk mendapatkan waktu baku adalah sebagai berikut.
a. Hitung
waktu siklus, yang tidak lain adalah waktu penyelesaian rata-rata selama
pengukuran :
b. Hitung
waktu normal dengan :
Wn
= Ws × p
p
adalah faktor penyesuaian
c. Hitung
waktu baku
Wb
= Wn (1+L)
L
adalah kelonggaran yang diberikan kepada pekerjauntuk menyelesaikan
pekerjaannya disamping waktu normal.
Langganan:
Postingan (Atom)